Rabu, 09 April 2014

Mencari Arti Sahabat





Memiliki sahabat sejati memang impian semua orang, begitu juga halnya dengan diriku. Persahabatan tak kerap berubah menjadi permusuhan, dan tak tertutup kemungkinan hal ini muncul karena hal-hal sepele. Tak saling mengerti dan tak saling menghargai. Inikah sahabat ????????
Berawal dari pertemuan lima insan pencari ilmu september lalu,  dituntut sering bertemu dan menjadi satu tim solid yang mampu memberi warna cerah setelah pertemuan ini berakhir. Fajar seorang yang kalau ngomong ceplas ceplos yang penting hatinya senang dan tak menenggang hati teman akan sakit saat mendengar ocehannya, satu kali terlihat seperti orang oon, bingung tak jelas apa yang dikerjakan kalau lagi sendiri. Ku coba menghampirinya, alhasil buku-buku dan seisi perpustakaan menjadi saksi asyiknya cerita kami, hingga ku pikir fajar adalah seorang sahabat yang asyik dan humoris.
Selang waktu berlalu ku lihat di kursi sana tampak teman ku ozan menekurkan kepala seperti sedang memikirkan nasibnya yang kian hari kian sulit begitu ceritanya padaku. Sebenarnya permasalahan ozan tak begitu rumit menurut ku, karena setiap kita mempunyai masalah dan tergantung kita menghadapinya, masih banyak orang-orang di luar sana yang tidak punya uang untuk makan apalagi sekolah, atau aku yang sampai sekarang masih menampung uang sekolah dari orang tua ku, sedangkan ozan dengan usahanya sendiri mampu kuliah dan menyekolahkan adik-adiknya. Waw !!! ini suatu yang luar biasa bukan ??? tapi sayang cara berpikir ozan tak sependapat dengan ku. Bagi ozan nasibnya sekarang adalah beban berat untuk maju, merasa menjadi orang yang paling sensara dan tidak beruntung didunia ini.
Waktu terus berputar, sebulan sudah hari-hari dilalui bersama. Satu persatu mulai ku kenal, Fajar, ozan, lain lagi sri. Seorang gadis ayu namun tangguh, umurnya yang sama dengan ku ( 21 th) namun  tak menghilangkan sikap dewasanya menanggapi setiap permasalahan yang menghampirinya. Setelah kian lama merawat sang ayah tergolek tak berdaya di Rumah Sakit yang berbeda-beda padang, padang  panjang, dan akhirnya sang ayah harus pergi untuk selamanya. Sri tetap tabah dan ceria saat berkumpul bersama walaupun sesekali tampak sedih saat berbagi cerita tentang ayah dengan ku, tapi tak larut dalam kesedihan dan terhalang untuk maju. Itulah yang membuatku salut dan ingin belajar sabar padanya.
Satu lagi teman ku Ari, seorang yang ganteng kata kebanyakan orang namun bagiku biasa saja. Kalau ngomong suka lebay namun dia punya cara halus agar lebaynya tersalurkan namun tak menyinggung perasaan orang lain, dan saat ku temui dirinya lagi sendiri sikapnya benar-benar bersahabat. 
Sedangkan aku, sang cuek walaupun sebenarnya perhatian sama teman-teman ku tapi tak menyukai teman yang memiliki sikap yang bercandanya berlebihan.
Hari berganti hari, bulan pun berganti bulan, dua bulan telah berlalu. Ozan bersikap makin aneh, kalau masalah uang aja yang dibicarakan, mukanya langsung mendung dan seperti hujan akan turun. Tapi kalau lagi gak ada yang bercanda, ekspresinya seperti orang lagi jatuh cinta bercanda mesra tapi tak tahu arah. Lihat lagi fajar, seorang yang dulu humoris karang menjadi over humoris apalagi jika bertemu konconya ari sang lebay sudah pasti alur cerita akan menjadi milik mereka berdua. Tak tahulah bagaimana perasaan orang-orang di sekitar mereka.
 Hmmmmmm.....Ntah karena aku yang terlalu sensitif atau memang mereka yang tak bisa memilah-milah kata saat bercanda. Sembari menghabiskan kue yang ku beli saat di kantin, ku ceritakan apa yang ku rasa kepada sri. “ Sri, aku merasa sikap teman-teman kita kian hari kian aneh, kadang ku rasa mereka terlalu berlebihan saat bercanda”.
“ iya, aku pun merasa begitu”, dengan wajah mengeluh sri menanggapi curahan hatiku. “ tapi sri, saat aku temui fajar dan ari secara perorangan, mereka bersikap layaknya seorang teman sri, nah kenapa saat berkumpul dengan yang lain mereka terlalu lebay dan terkadang asal ngomong aja, seolah mereka yang paling OK..”.
 “ Menurut ku mereka terkesan MPO dalam bertindak, dan tak seharusnya mereka bersikap seperti itu,” ujar sri sedih. “ sekarang apa yang harus kita lakukan ??? tanya ku pada sri, “ setelah ku pikir-pikir, kita tak perlu sedih dan sabar aja. Biarlah mereka seperti itu, karena mereka memang seperti itu adanya. Yang penting sekarang bagaimana kita menyesuaikan diri dengan mereka, karena sahabat tidak menuntut orang lain untuk mengikuti cara hidupnya tapi sahabat menerima sikap orang lain itu apa adanya dan dialah yang menyesuaikan diri agar persahabatan tak berakhir permusuhan, OK!!!”, OK.



*coretan kecil menyongsong senja- Tabek Gadang 15-12-11 jam 18.15 wib*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar