Memiliki sahabat sejati memang impian semua
orang, begitu juga halnya dengan diriku. Persahabatan tak kerap berubah menjadi
permusuhan, dan tak tertutup kemungkinan hal ini muncul karena hal-hal sepele.
Tak saling mengerti dan tak saling menghargai. Inikah sahabat ????????
Berawal dari pertemuan lima insan pencari ilmu
september lalu, dituntut sering bertemu
dan menjadi satu tim solid yang mampu memberi warna cerah setelah pertemuan ini
berakhir. Fajar seorang yang kalau ngomong ceplas ceplos yang penting hatinya
senang dan tak menenggang hati teman akan sakit saat mendengar ocehannya, satu
kali terlihat seperti orang oon, bingung tak jelas apa yang dikerjakan kalau
lagi sendiri. Ku coba menghampirinya, alhasil buku-buku dan seisi perpustakaan
menjadi saksi asyiknya cerita kami, hingga ku pikir fajar adalah seorang
sahabat yang asyik dan humoris.
Selang waktu berlalu ku lihat di kursi sana
tampak teman ku ozan menekurkan kepala seperti sedang memikirkan nasibnya yang
kian hari kian sulit begitu ceritanya padaku. Sebenarnya permasalahan ozan tak
begitu rumit menurut ku, karena setiap kita mempunyai masalah dan tergantung
kita menghadapinya, masih banyak orang-orang di luar sana yang tidak punya uang
untuk makan apalagi sekolah, atau aku yang sampai sekarang masih menampung uang
sekolah dari orang tua ku, sedangkan ozan dengan usahanya sendiri mampu kuliah
dan menyekolahkan adik-adiknya. Waw !!! ini suatu yang luar biasa bukan ??? tapi
sayang cara berpikir ozan tak sependapat dengan ku. Bagi ozan nasibnya sekarang
adalah beban berat untuk maju, merasa menjadi orang yang paling sensara dan
tidak beruntung didunia ini.
Waktu terus berputar, sebulan sudah hari-hari
dilalui bersama. Satu persatu mulai ku kenal, Fajar, ozan, lain lagi sri. Seorang
gadis ayu namun tangguh, umurnya yang sama dengan ku ( 21 th) namun tak menghilangkan sikap dewasanya menanggapi
setiap permasalahan yang menghampirinya. Setelah kian lama merawat sang ayah
tergolek tak berdaya di Rumah Sakit yang berbeda-beda padang, padang panjang, dan akhirnya sang ayah harus pergi
untuk selamanya. Sri tetap tabah dan ceria saat berkumpul bersama walaupun
sesekali tampak sedih saat berbagi cerita tentang ayah dengan ku, tapi tak
larut dalam kesedihan dan terhalang untuk maju. Itulah yang membuatku salut dan
ingin belajar sabar padanya.
Satu lagi teman ku Ari, seorang yang ganteng
kata kebanyakan orang namun bagiku biasa saja. Kalau ngomong suka lebay namun
dia punya cara halus agar lebaynya tersalurkan namun tak menyinggung perasaan
orang lain, dan saat ku temui dirinya lagi sendiri sikapnya benar-benar
bersahabat.
Sedangkan aku, sang cuek walaupun sebenarnya
perhatian sama teman-teman ku tapi tak menyukai teman yang memiliki sikap yang
bercandanya berlebihan.
Hari berganti hari, bulan pun berganti bulan,
dua bulan telah berlalu. Ozan bersikap makin aneh, kalau masalah uang aja yang
dibicarakan, mukanya langsung mendung dan seperti hujan akan turun. Tapi kalau
lagi gak ada yang bercanda, ekspresinya seperti orang lagi jatuh cinta bercanda
mesra tapi tak tahu arah. Lihat lagi fajar, seorang yang dulu humoris karang
menjadi over humoris apalagi jika bertemu konconya ari sang lebay sudah pasti
alur cerita akan menjadi milik mereka berdua. Tak tahulah bagaimana perasaan
orang-orang di sekitar mereka.
Hmmmmmm.....Ntah karena aku yang terlalu
sensitif atau memang mereka yang tak bisa memilah-milah kata saat bercanda. Sembari
menghabiskan kue yang ku beli saat di kantin, ku ceritakan apa yang ku rasa
kepada sri. “ Sri, aku merasa sikap teman-teman kita kian hari kian aneh,
kadang ku rasa mereka terlalu berlebihan saat bercanda”.
“ iya, aku pun merasa begitu”, dengan wajah
mengeluh sri menanggapi curahan hatiku. “ tapi sri, saat aku temui fajar dan
ari secara perorangan, mereka bersikap layaknya seorang teman sri, nah kenapa
saat berkumpul dengan yang lain mereka terlalu lebay dan terkadang asal ngomong
aja, seolah mereka yang paling OK..”.
“
Menurut ku mereka terkesan MPO dalam bertindak, dan tak seharusnya mereka
bersikap seperti itu,” ujar sri sedih. “ sekarang apa yang harus kita lakukan
??? tanya ku pada sri, “ setelah ku pikir-pikir, kita tak perlu sedih dan sabar
aja. Biarlah mereka seperti itu, karena mereka memang seperti itu adanya. Yang
penting sekarang bagaimana kita menyesuaikan diri dengan mereka, karena sahabat
tidak menuntut orang lain untuk mengikuti cara hidupnya tapi sahabat menerima
sikap orang lain itu apa adanya dan dialah yang menyesuaikan diri agar
persahabatan tak berakhir permusuhan, OK!!!”, OK.
*coretan
kecil menyongsong senja- Tabek Gadang 15-12-11 jam 18.15 wib*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar